“Experience life in all possible ways — good-bad, bitter-sweet, dark-light, summer-winter. Experience all the dualities. Don’t be afraid of experience, because the more experience you have, the more mature you become.” (Osho)
LULUS dari Universitas, siapa sangka bertemu Corona. Ada juga yang sebentar lagi selesai kuliah, apakah Corona ini sudah berlalu? Saya bahkan baru mau mendaftar kuliah di bidang Pariwisata, kata siswa SMA. Sekarang bisnis ini paling terkena dampak pandemi. Mereka semua adalah mahasiswa, calon mahasiswa atau lulusan bidang Pariwisata. Mereka sungguh bingung, cemas, apa yang harus dilakukan. karena memang bisnis Pariwisata dilaporkan paling terdampak oleh Pandemi Cvid19. Berangkat dari situasi seperti diatas, UNIKA Atma Jaya Prodi Pariwisata merancang webinar yang menyasar mahasiswa dan dosen jurusan Pariwisata, para alumni, calon mahasiswa dan juga umum, dengan tema: Building Resilience with Growth Mindset. Saya tampil duet bersama Coach Rina Prasetyawaty. Berikut foto flier dan sebagian peserta,
Menyikapi Berbagai Perubahan Dalam Hidup
Pandemi Covid19 memang baru sekali ini dengan dampak yang luar biasa. Namun kalau dicermati banyak sekali perubahan yang kita alami dalam perjalanan hidup atau perjalanan karier kita, entah itu besar atau kecil. Baik itu yang bisa diprediksi atau muncul sebagai kejutan. Apa yang sudah kita lakukan untuk menanggapi semua perubahan itu?
Saya tampil sebagai pembicara pertama untuk mengingatkan berbagai perubahan tersebut, dengan contoh nyata apa yang dilakukan. Kita bisa mengangkat semua pembelajaran tersebut, meramunya untuk bisa kita terapkan dalam situasi ini.
- Kita mulai dengan menerima dan mengakui bahwa sedang ada krisis, karena itu kita harus mulai mengambil sikap, jangan sampai bersikap mengabaikan.
- Dalam setiap tantangan hidup senantiasa ada kesempatan melakukan sesuatu yang berguna. Apa peluang tersebut. Bila belum tahu, terus mencari tahu.
- Kita semua berada di tengah badai. Hanya melalui laut penuh ombak badai, lahirlah pelaut yang tangguh. Bagaimana saya menyikapi ini? Bagaimana saya belajar mengatasinya. Bagaimana saya belajar mencari peluang baru. Dari mana dukungan yang bisa saya dapatkan, dan sebagainya.
Saya juga menyuguhkan beberapa contoh dari mereka yang barusan lulus langsung menghadapi Corona, tapi satu tekad sederhana yang mereka buat: “Tidak mau minta uang jajan lagi dari orang tua.” Karena itu mereka mulai dengan membuat bisnis kecil2an sesuai kemampuan mereka. Dan ternyata berhasil. Bahkan dari manca negara, lulusan yang menghadapi crisis 2008, membagi cerita untuk memotivasi para lulusan 2020. Salah satu contoh yang lulus dari Oxford, dengan target saat itu melamar bekerja di Unilever. Ternyata tak ada kesempatan. Akhirnya dia rela bekerja sebagai resepsionis sebuah perusahaan, dan dia sadar sepenuhnya bahwa pekerjaan itu bisa dikerjakan lebih baik oleh mereka yang berpendidikan lebih rendah. Tapi dengan ikhlas dia kerjakan, sampai akhirnya 6 bulan kemudian dia menerima tawaran magang di Sebuah Organisasi NGO Global, kemudian bisa melanjutkan S2, bahkan bertemu calon suami di perusahaan tersebut. Sekedar contoh bagaimana mereka sigap menentukan langkah, saat kesempatan untuk bekerja setelah lulus belum tersedia.
Growth Mindset
Dalam menghadapi situasi seperti sekarang ini, hal penting yang perlu kita sadari adalah bagaimana membangun mindset positif, Growth Mindset. Dalam kontras dengan Fixed Mindset, mereka yang mempunyai Growth Mindset akan terus mencari peluang untuk melangkah. Kalaupun sekali mencoba belum berhasil, dia selalu percaya bahwa dia belum ketemu jalannya. Bahkan kalau sudah berhasil sekalipun, dia masih sempatkan menguji diri sendiri: apakah ini hasil terbaikku? Demikian paparan Coach Rina Prasetyawaty.
Dengan analogi yang bagus, Dari Corona ke Karunia, coach Rina menjelaskan proses change yang umumnya diawali dengan tahapan di zona ketakutan disaat Pandemi Covid19. Inipun karena pikiran kita setiap hari terlalu banyak diisi dengan hal-hal negative yang mencemaskan, yang berasal dari berbagai informasi yang kita peroleh, terutama melalui sosmed. Melalui komitmen untuk membangun Mindset Positif, kita akan melangkah keluar menuju zona Cinta Bersyarat. Di zona ini kita mulai belajar menghadapi tantangan, dan dipacu untuk tidak saja memikirkan kenyamanan diri sendiri, tapi juga kenyamanan orang lain. Bila kita tetap teguh dalam komitmen, kita akan melangkah memasuki zona Penuh Kasih KARUNIA. Di Zona ini, kita mulai focus pada memberikan makna bagi banyak orang, bagian dari mengemban panggilan hidup masing-masing.
Coach Rina tidak lupa memberikan contoh, termasuk apa yang dia kerjakan sendiri dengan memberdayakan talenta keluarga, yang pandai membuat CwiMie dan Ontbijtkoek (bolu kenari). Bahkan sedang dijajagi juga kolaborasi dengan pihak lain untuk menggarap paket Natal, seperti pada foto bagian bawah. Inisiatif ini tidak terpikirkan untuk dijual, pada masa normal.
Kenali Siapa Dirimu
Pandemi ini juga merupakan kesempatan baik untuk mengenali Siapa Diri Anda, apa Talenta yang dimiliki, bagaimana belajar mengasah berbagai talent itu. Bagaimana mengidentifikasi kemampuan diri yang bisa dikembangkan untuk membangun usaha untuk mengatasi krisis selama pandemi. Dari sumber mana kita bisa belajar, atau kepada siapa kita bisa meminta dukungan? Kalaupun sendiri belum memungkinkan, apakah bisa kita menjajagi kerjasama dengan yang lain?
Paparan tersebut diatas kiranya bisa menjawabi berbagai kecemasan peserta webinar, atau menginspirasi mereka untuk mulai menjajagi usaha secara mandiri dengan menggunakan talenta yang dimilikinya atau dimiliki keluarga. Mungkin ini bukan destini anda dalam berkarier, tapi setidaknya bisa mengisi kekosongan selama pandemi, sambil menjajagi tingkat kreativitas diri sekaligus kemampuan menghadapi situasi yang muncul tak terduga. Dengan demikian di akhir sesi ini, semoga mereka bisa membangun mindset positif, penuh harapan dan percaya diri.
“Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved.” (Helen Keller)
Dilansir oleh Josef Bataona